Chaos in the Cloud: Microsoft Terhambat Selama 8 Jam oleh Serangan DDoS

Microsoft Kembali Terganggu: Serangan DDoS Menghentikan Layanan Selama 8 Jam

Usai menghadapi masalah blue screen yang mengganggu beberapa waktu lalu, Microsoft kini kembali mengalami masalah besar. Kali ini, penyebabnya adalah serangan Distributed Denial of Service (DDoS) yang memaksa perusahaan teknologi raksasa ini untuk menghentikan layanan utamanya selama hampir 8 jam. Menurut laporan PC Mag, serangan ini mengganggu akses global ke layanan Microsoft 365 dan Azure. Berikut adalah rinciannya.

Serangan DDoS Menghantam Microsoft

Serangan DDoS adalah jenis serangan siber di mana sejumlah besar lalu lintas internet yang tidak sah diarahkan ke server target untuk membanjiri dan melumpuhkan sistem tersebut. Dalam kasus ini, serangan DDoS mengakibatkan gangguan signifikan terhadap layanan Microsoft, mengakibatkan ketidakmampuan pengguna di seluruh dunia untuk mengakses Microsoft 365 dan Azure, dua layanan krusial yang digunakan oleh jutaan orang dan perusahaan di seluruh dunia.

Menurut laporan dari PC Mag, serangan ini berlangsung selama hampir 8 jam, dan mekanisme perlindungan otomatis Microsoft segera diaktifkan untuk menangani situasi tersebut. Namun, perlindungan ini tampaknya justru memperburuk keadaan, menyebabkan dampak yang lebih besar daripada yang diperkirakan.

Pengakuan dan Penanggapan

Hingga saat ini, Microsoft belum memberikan tanggapan resmi mengenai serangan ini. Dua kelompok berbeda telah mengklaim bertanggung jawab atas serangan DDoS ini, tetapi belum ada konfirmasi mengenai siapa pelaku sebenarnya. Microsoft berjanji untuk memberikan laporan tinjauan awal tentang insiden ini dalam waktu 72 jam setelah kejadian. Selain itu, perusahaan juga mengungkapkan rencana untuk mempublikasikan Tinjauan Akhir Pasca Insiden dalam waktu 14 hari ke depan, yang akan mencakup rincian lebih lanjut dan pembelajaran dari insiden ini.

Konteks Sebelumnya: Pemadaman Layanan Microsoft pada Juli 2024

Insiden terbaru ini terjadi kurang dari dua minggu setelah Microsoft mengalami pemadaman layanan besar-besaran pada 19 Juli 2024. Gangguan sebelumnya disebabkan oleh pembaruan pada perangkat lunak milik perusahaan keamanan siber Crowdstrike, yang menyebabkan kerusakan pada sistem komputer yang mengoperasikan Windows. Pemadaman ini mengakibatkan sebagian besar fasilitas umum, termasuk bandara dan airport di beberapa negara, menjadi lumpuh.

Maskapai Delta adalah salah satu korban terbesar dari pemadaman ini. Perusahaan melaporkan kerugian antara US$350 juta hingga US$500 juta (sekitar Rp 5,7 triliun hingga Rp 8,1 triliun) serta harus menangani lebih dari 176 ribu permintaan refund dari pelanggan yang terdampak.

Apa yang Bisa Dipelajari dari Insiden Ini?

Insiden serangan DDoS dan pemadaman sebelumnya menyoroti pentingnya ketahanan dan kesiapsiagaan dalam dunia teknologi yang semakin terhubung. Meskipun Microsoft memiliki mekanisme perlindungan canggih, serangan siber yang semakin kompleks dan canggih menuntut pendekatan yang lebih holistik dan proaktif dalam menangani risiko siber.

Ke depan, penting bagi perusahaan teknologi seperti Microsoft untuk terus meningkatkan sistem keamanan mereka dan merespons serangan dengan lebih cepat dan efisien. Ini juga menjadi pengingat bagi semua organisasi untuk memastikan bahwa mereka memiliki rencana kontingensi yang solid dan strategi mitigasi risiko yang efektif.

Dengan menunggu laporan resmi dan tinjauan akhir dari Microsoft, pengguna dan organisasi di seluruh dunia akan lebih memahami bagaimana insiden ini dapat memengaruhi mereka dan langkah-langkah apa yang perlu diambil untuk melindungi diri mereka dari ancaman serupa di masa depan.

Leave a Comment